Sulawesi, sebuah pulau yang terletak di antara Pulau Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Pulau ini berdiri di atas lahan seluas 227,654 km2. Sungguh tak dinyana, Sulawesi ternyata menyimpan begitu banyak rahasia. Terutama rahasia keindahan alam bawah lautnya.
Laut Sulawesi terletak di barat Samudra Pasifik. Bagian Utara dibatasi oleh Kepulauan Sulu, Laut Sulu, dan Pulau Mindanao, Filipina, di timur oleh rantai Kepulauan Sangihe, di selatan oleh Sulawesi, dan di barat oleh perairan Kalimantan Timur, Indonesia. Laut Sulawesi adalah bagian dari segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle) yang berbatasan dengan Indonesia, Filipina, dan Malaysia, sebuah wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati terumbu karang tertinggi di dunia. Sebuah sumber menyatakan bahwa Laut Sulawesi terbentuk 42 juta tahun lalu, kedalamannya mencapai 6200 m. Di laut ini pulalah sejumlah spesies ikan dan sekitar 580 dari 793 spesies koral pembangun karang dunia serta susunan kehidupan bawah laut yang mengesankan tinggal.
Tidak mengherankan begitu banyak ilmuwan dunia mendatangi kawasan ini, guna mengungkap rahasia yang terdapat di dalamnya. Pada akhir tahun 2007, sekelompok ilmuwan yang melakukan ekspedisi di Laut Sulawesi berhasil menemukan sejumlah spesies unik negeri bawah laut Sulawesi dan diperkirakan juga merupakan temuan baru bagi dunia sains. Spesies yang dianggap tidak biasa antara lain timun laut yang mampu berenang dengan membengkokkan badannya mirip seperti UFO, ubur-ubur berwarna hitam, dan cacing yang memiliki tentakel di kepalanya.
Tidak hanya itu sebelumnya pada Mei 2007 lalu, ditemukan pula seekor ikan yang memiliki ciri khas ikan purba yakni bermata besar dengan ekor seperti kipas serta sisik yang seperti batu. Masyarakat Sulawesi lebih tepatnya Manado, tempat ditemukannya ikan itu, menyebutnya ikan raja laut. Padahal nama ilmiah ikan tersebut adalah Coelacanth (baca: seel-a-kan) atau Latimeria menadoensis. Ikan Coelacanth pertama kali ditemukan pada 23 Desember 1938 di Samudera Hindia sekitar 70 tahun yang lalu. Ikan ini termasuk unik karena ia tidak bertelur seperti ikan lainnya, melainkan beranak. Warna ikan ini yang berada di Samudera Hindia adalah biru. Sedangkan yang berada di Indonesia berwarna coklat. Coelacanth di Indonesia mempunyai corak putih yang sama dengan yang berada di Samudera Hindia, namun bintik-bintik emasnya lebih banyak dan mencolok di seluruh permukaan tubuh dan siripnya.
Penemuan Coelacanth di Indonesia dan Samudera Hindia berimplikasi pada dunia konservasi dan biogeografi. Diduga ikan ini tidak hanya hidup di dua lokasi tersebut. Perbandingan DNA dari jaringan Coelacanth Indonesia dan Samudera Hindia mengungkapkan perbedaan yang besar antara dua populasi ini. Sehingga ekspedisi lebih lanjut di Indonesia dan pulau-pulau yang terbentang di Samudera Hindia kemungkinan dapat menghasilkan penemuan populasi Coelacanth lainnya. Hal ini akan menjadi penting bagi dunia konservasi Coelacanth karena populasinya yang sedikit dan terbatas.
Ilmuwan di Indonesia terus melanjutkan penelitian terhadap Coelacanth dimana satu populasinya yaitu Latimeria menadoensis ditemukan di Manado, Indonesia.
Sudah terbukti betapa kayanya negeri bawah laut Sulawesi. Kita pun masih tetap menunggu temuan-temuan baru yang ada di perairan Nusantara ini. Jadi jangan sampai si raja laut dan biota laut lainnya kehilangan negeri mereka. Dukungan masyarakat terhadap konservasi sangat menentukan masa depan kelautan dan kehidupan laut di Indonesia. **(Nur Anisah / disarikan dari berbagai sumber)
Laut Sulawesi terletak di barat Samudra Pasifik. Bagian Utara dibatasi oleh Kepulauan Sulu, Laut Sulu, dan Pulau Mindanao, Filipina, di timur oleh rantai Kepulauan Sangihe, di selatan oleh Sulawesi, dan di barat oleh perairan Kalimantan Timur, Indonesia. Laut Sulawesi adalah bagian dari segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle) yang berbatasan dengan Indonesia, Filipina, dan Malaysia, sebuah wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati terumbu karang tertinggi di dunia. Sebuah sumber menyatakan bahwa Laut Sulawesi terbentuk 42 juta tahun lalu, kedalamannya mencapai 6200 m. Di laut ini pulalah sejumlah spesies ikan dan sekitar 580 dari 793 spesies koral pembangun karang dunia serta susunan kehidupan bawah laut yang mengesankan tinggal.
Tidak mengherankan begitu banyak ilmuwan dunia mendatangi kawasan ini, guna mengungkap rahasia yang terdapat di dalamnya. Pada akhir tahun 2007, sekelompok ilmuwan yang melakukan ekspedisi di Laut Sulawesi berhasil menemukan sejumlah spesies unik negeri bawah laut Sulawesi dan diperkirakan juga merupakan temuan baru bagi dunia sains. Spesies yang dianggap tidak biasa antara lain timun laut yang mampu berenang dengan membengkokkan badannya mirip seperti UFO, ubur-ubur berwarna hitam, dan cacing yang memiliki tentakel di kepalanya.
Tidak hanya itu sebelumnya pada Mei 2007 lalu, ditemukan pula seekor ikan yang memiliki ciri khas ikan purba yakni bermata besar dengan ekor seperti kipas serta sisik yang seperti batu. Masyarakat Sulawesi lebih tepatnya Manado, tempat ditemukannya ikan itu, menyebutnya ikan raja laut. Padahal nama ilmiah ikan tersebut adalah Coelacanth (baca: seel-a-kan) atau Latimeria menadoensis. Ikan Coelacanth pertama kali ditemukan pada 23 Desember 1938 di Samudera Hindia sekitar 70 tahun yang lalu. Ikan ini termasuk unik karena ia tidak bertelur seperti ikan lainnya, melainkan beranak. Warna ikan ini yang berada di Samudera Hindia adalah biru. Sedangkan yang berada di Indonesia berwarna coklat. Coelacanth di Indonesia mempunyai corak putih yang sama dengan yang berada di Samudera Hindia, namun bintik-bintik emasnya lebih banyak dan mencolok di seluruh permukaan tubuh dan siripnya.
Penemuan Coelacanth di Indonesia dan Samudera Hindia berimplikasi pada dunia konservasi dan biogeografi. Diduga ikan ini tidak hanya hidup di dua lokasi tersebut. Perbandingan DNA dari jaringan Coelacanth Indonesia dan Samudera Hindia mengungkapkan perbedaan yang besar antara dua populasi ini. Sehingga ekspedisi lebih lanjut di Indonesia dan pulau-pulau yang terbentang di Samudera Hindia kemungkinan dapat menghasilkan penemuan populasi Coelacanth lainnya. Hal ini akan menjadi penting bagi dunia konservasi Coelacanth karena populasinya yang sedikit dan terbatas.
Ilmuwan di Indonesia terus melanjutkan penelitian terhadap Coelacanth dimana satu populasinya yaitu Latimeria menadoensis ditemukan di Manado, Indonesia.
Sudah terbukti betapa kayanya negeri bawah laut Sulawesi. Kita pun masih tetap menunggu temuan-temuan baru yang ada di perairan Nusantara ini. Jadi jangan sampai si raja laut dan biota laut lainnya kehilangan negeri mereka. Dukungan masyarakat terhadap konservasi sangat menentukan masa depan kelautan dan kehidupan laut di Indonesia. **(Nur Anisah / disarikan dari berbagai sumber)
Posting Komentar
Posting Komentar