Data keanekaragaman hayati dan kondisi puncak es di kawasan
pegunungan tengah, Papua, masih sangat minim. Padahal, perubahan iklim
global diperkirakan akan meleleh dan menghabiskan salju di daerah tropis
itu pada tahun 2024.Direktur Program Papua WWF-Indonesia Benja
Victor Mambai, Kamis (13/10/2011), yang saat dihubungi sedang di
Merauke, khawatir jika tak segera dilakukan pendataan atau penelitian
kekayaan hayati pada ekosistem khusus itu, pencairan es akan memusnahkan
kehidupan setempat.
"Pencairan es itu telah dilaporkan dalam penelitian tahun 1912 dan juga tahun 1962. Puncak Trikora yang dulu bersalju sekarang sudah tidak ada lagi," ujarnya.
Ia menanggapi berita di harian Kompas (12 Oktober 2011). Dalam berita itu, lapisan es Puncak Jaya diperkirakan akan hilang pada tahun 2024.
Perhitungan ini didasarkan analisa data empiris menggunakan pendekatan linier yang dikerjakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Dalam dua pekan, lapisan es menyusut 30 sentimeter.
"Prediksi BMKG ini bisa jadi memang benar. Ini seharusnya memberi perhatian kita semua, untuk melakukan penelitian di puncaknya sebelum semua terlambat," ungkap Benja Mambai.
Pada tahun 1995, saat menjadi petugas WWF di Taman Lorentz, Benja pernah meneliti di lembah sekitar puncak es.
Penelitian selama 2 pekan itu, ia melihat belibis dan kanguru pohon (atau dalam masyarakat lokal Moni disebut inggito. Namun mereka tak melihat keberadaan tikus salju yang pernah dilaporkan hidup di daerah salju Puncak Jaya.
"Pencairan es itu telah dilaporkan dalam penelitian tahun 1912 dan juga tahun 1962. Puncak Trikora yang dulu bersalju sekarang sudah tidak ada lagi," ujarnya.
Ia menanggapi berita di harian Kompas (12 Oktober 2011). Dalam berita itu, lapisan es Puncak Jaya diperkirakan akan hilang pada tahun 2024.
Perhitungan ini didasarkan analisa data empiris menggunakan pendekatan linier yang dikerjakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Dalam dua pekan, lapisan es menyusut 30 sentimeter.
"Prediksi BMKG ini bisa jadi memang benar. Ini seharusnya memberi perhatian kita semua, untuk melakukan penelitian di puncaknya sebelum semua terlambat," ungkap Benja Mambai.
Pada tahun 1995, saat menjadi petugas WWF di Taman Lorentz, Benja pernah meneliti di lembah sekitar puncak es.
Penelitian selama 2 pekan itu, ia melihat belibis dan kanguru pohon (atau dalam masyarakat lokal Moni disebut inggito. Namun mereka tak melihat keberadaan tikus salju yang pernah dilaporkan hidup di daerah salju Puncak Jaya.
Posting Komentar
Posting Komentar